Kamis, 14 Mei 2015



Asal Mula Selat Nasi
            Selat nasi adalah sebuah selat yang memanjang lurus dari timur ke barat membelah pulau Subi kecil dan pulau Subi besar, yang terletak di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau. Menurut cerita, keberadaan selat Nasi ini disebabkan oleh ulah Datuk Kaya yang menghamburkan nasi basi di pulau Subi
***
Alkisah, di daerah Natuna, Kepulauan Riau, terdapat sebuah pulau bernama pulau Subi yang dikuasai oleh seorang Datuk Kaya. Sang Datuk Kaya mempunyai seorang istri yang bernama Cik Wan dan seorang putri cantik nan rupawan yang bernama Nilam Sari. Ia adalah seoarang gadis yang rajin, berbudi pekerti luhur, dan tidak angkuh. Dalam pergaulan sehari-hari ia juga tidak membedakan antara si kaya dan si miskin untuk dijadikan teman. Tidak heran jika orang-orang disekitarnya sangat kagum terhadap perangainya. Kapan dan dimanapun orang berkumpul, pasti mereka membicarakan dirinya.
Pada suatu hari, sekelompok pedagang dari Palembang singgah di pulau Subi. Secara tidak sengaja mereka mendengar percakapan orang-orang kampung di pulau tersebut tentang kecantikan dan keelokan perangai Nilam Sari. Kemudian dari mulut ke mulut cerita itu pun tersebar di kalangan masyarakat Palembang dan akhirnya sampai pula ke telinga permaisuri raja Palembang.
Mendengar cerita itu permaisuri pun bercita-cita menjadikan Nilam Sari sebagai menantunya. Hingga pada suatu malam permaisuri menyampaikan niatnya kepada sang putra yang bernama Demang Aji Jaya. Demang Aji baru saja menuntut ilmu ke sana kemari dari Malaka, Jawa, Cina hingga negeri Pathani Siam. Mendengar ungkapan bundanya tersebut Demang Aji bersedia untuk menikah dengan Nilam Sari. Alangkah senang hati sang bunda mendengarkan pernyataan putranya. Ia pun langsung menyampaikan kabar gembira tersebut ke raja. Dan sang raja pun setuju dan segera menyebarkan berita tentang pernikahan putranya dengan Nilam Sari.
Keesokan harinya keluarga istana sibuk mempersiapkan segala hantaran dan hadiah-hadiah sebagai hantaran pernikahan. Sang raja pun menunjuk beberapa orang cerdik untuk menyampaikan lamaran dan beberapa nahkoda berpengalam untuk menahkodai kapal menuju pulau Subi.
Setelah semuanya siap, para utusan raja Palembang berangkat menuju pulau Subi untuk menyampaikan lamaran Demang Aji Jaya kepada Nilam Sari. Sesampainya di pulau Subi, utusan raja Palembang yang diwakili seorang juru bicara menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan mereka dengan beberapa untaian pantun. Untaian pantun yang berisi lamaran tersebut kemudian dibalas oleh keluarga Datuk Kaya dengan untaian pantun pula.
Singkat cerita, lamaran Demang Aji Jaya diterima oleh keluarga Datuk Kaya. Kedua belah pihak menentukan hari perkawinan kedua calon mempelai pengantin. Melalui musyawarah mufakat, mereka pun menentukan hari perkawinan sekaligus naik ke pelaminan jatuh pada hari kesepuluh bulan Syafar.
Waktu berjalan begitu cepat. Sepekan lagi hari kesepuluh bulan Syafar akan datang. Para penduduk pulau Subi mulai sibuk mempersiapkan segala sesuatunya untuk keperluan penyambutan rombongan mempelai laki-laki dari negeri Palembang. Mulai dari menegakkan selasar(rumah sambung), memotong puluhan sapi dan kambing juga memotong ratusan ayam, memasak dan mengkukus kue, menggulai dan merendang daging sebagai lauk-pauk. Tepat hari kesepuluh bulan Syafar keperluan penyambutan telah siap. Nasi berdandang-dandang dan lauk berdulang-dulang telah terhidang. Nilam Sari juga telah dirias dengan busana indah dan menawan.
Keluarga Datuk Kaya dan Nilam Sari sudah tidak sabar lagi menanti kedatangan sang pangeran. Namun , hingga hari menjelang siang rombongan pengantin laki-laki juga belum terlihat. Datuk Kaya mulai gelisah dan mondar-mandir sambil memegangi jenggotnya. Cik Wan mencoba menenangkan suaminya. Datuk Kaya pun berusaha untuk bersabar dan besikap tenang. Hingga hari menjelang malam rombongan pengantin laki-laki juga belum terlihat. Datuk kaya semakin gelisah dan kesabarannya mulai goyah.
Datuk Kaya dan penduduk pulau Subi terus menunggu hingga hari ke tiga belas bulan Syafar. Pada hari itu arak-arakan pengantin laki-laki tiba juga di pulau Subi. Tanpa menunggu lagi, kedua mempelai segera dinikahkan dan didudukan bersanding di atas pelaminan. Demang Aji Jaya menyampaikan kepada Nilam Sari bahwa rombongan mereka terlambat datang karena terhadang oleh badai yang ganas sehingga mereka harus menepi dahulu di sebuah pulau.
Cik Wan mulai bingung bagaimana cara menjamu mereka. Nasi berdandang-dandang dan lauk berdulang-dulang sudah basi. Lalu, Cik Wan bertanya kepada Datuk Kaya, ia mengatakan bahwa biarkan saja orang Palembang tersebut memakan jamuan yang sudah basi tersebut, ini akibat mereka telah mengingkari janji. Namun, Cik Wan keberatan dia berpendapat bahwa rombongan raja Palembang terserang badai yang besar . Namun, Datuk Kaya tetap teguh pada pendiriannya dan menghidangkan makanan basi kepada tamunya.
Melihat sikap suaminya tersebut Cik Wan mengancam suaminya jika tidak mengindahkan permintaanya Cik Wan meminta untuk pisah ranjang. Datuk Kaya tidak takut dan bahkan dia menyatakan cerai dengan Cik Wan sambil menghambur-hamburkan nasi tersebut sehingga membentuk garis panjang seakan membelah pulau Subi menjadi dua bagian.
Beberapa saat setelah Datuk Kaya menghamburkan nasi basi tersebut, tiba-tiba terdengar kilat meyambar-nyambar disertai angin kencang dan hujan deras. Air laut pun bergulung-gulung menghantam pulau Subi. Pulau Subi pun terbelah menjadi dua bagian, satu disebalah utara dan satu disebelah selatan. Pulau Subi kecil(di bagian utara) milik Cik Wan dan pulau Subi besar (di sebelah selatan ) milik Datuk Kaya. Pulau tersebut terbelah oleh sebuah selat yang memanjang dari timur ke barat. Oleh masyarakat setempat selat itu diberi nama selat Nasi, karena keberadaanya disebabkan oleh hamburan nasi ileh Datuk Kaya.
***
Budi Pekerti
Pesan moral yang dapat kita ambil dari cerita tersebut adalah kita sehendaknya jangan egois dan selalu masukan dan pendapat orang lain yang mana pendapat orang tersebut mungkin ada benarnya juga. Dan juga akibat buruk dari sifat kurang dewasa dalam menghadapi permasalahan. Sifat ini ditunjukkan oleh sikap dan tindakan Datuk Kaya yang tidak menyelidiki ketrlambatan rombongan pengantin laki-laki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar