Selasa, 01 September 2015


Menguak Kenyamanan Alam Baka




Judul Buku: The Lovely Bones
Penulis: Alice Sebold
Alih Bahasa: Gita Yuliani K
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Editor: Lanny Murtihardjana
Jumlah Halaman: 440 Halaman
Cetakan: April 2008
ISBN: 978-979-22-3656-9
           
            Mungkin semua orang bertanya-tanya bagaimana rasanya hidup dengan nyaman di alam baka. Alice Sebold menuangkannya di buku ini. Alice Sebold merupakan seorang penulis kelahiran Amerika yang telah menulis tiga buku yang berjudul Lucky, The Almost Moon dan The Lovely Bones. Diantara kedua bukunya tersebut The Lovely Bones dianggap paling menarik karena menggunakan bahasa yang menarik dan sederhana. Sementara itu, buku ini juga dikemas dengan tatap muka yang unik dan tidak biasa.
            Buku ini menceritakan tentang kehidupan seorang gadis belia bernama Susie Salmon yang masih berumur 14 tahun harus menghadapi kenyataan pahit. Dia diperkosa dan dimutilasi  yang mayatnya dikubur tepat di depan rumahnya. Kematiannya menyisakan persoalan diantara kedua orang tuanya dan mengguncang ikatan pernikahan mereka. Namun, semua bisa teratasi karena kehadiran adik Susie bernama Lindsey.
            Di dalam Novel ini, Susie menceritakan bagaimana matanya melihat semua kejadian tragis pada dirinya termasuk pelaku pembunuhan terhadap dirinya. Semua dilihatnya dari alam baka. Alam dimana Susie hanya mampu melihat dan tak bisa menyentuh apapun. Meskipun hanya sekedar memberitahukan kepada orang tuanya. Siapa sangka jika pembunuh tersebut bukanlah orang jauh atau sama sekali tidak dikenalnya. Bahkan seluruh keluarganya juga mengenal pembunuhnya. Diceritakan bahwa jenazah Susie tak ditemukan dan keluarganya terus mencari. Susie juga melihat dari alam baka bagaimana teman-temanya terus menjadikannya sebagai bahan pembicaraan. Dan sang pembunuh terus menghilangkan jejaknya.
            Alam baka dianggap Susie sebagai tempat yang nyaman dimana dia dapat menyaksikan kehidupan keluarga, teman, pacar dan teman-temannya di dunia,” sekarang aku berada di tempat yang kusebut surga yang luas sekali karena meliputi semua hasratku yang sederhana tetapi juga yang paling bersahaja dan paling hebat, aku menyebutnya dengan kenyamanan”. Disana dia tidak sendiri Susie ditemanin oleh teman-temannya yang juga telah dipanggil ke alam baka. Mereka setiap hari menghabiskan waktunya dengan menyaksikan suramnya kehidupan di dunia. Susie terus memperhatikan kehidupan seluruh keluarga dan teman-temannya. Awalnya yang terjadi pergejolakan dalam kehidupan keluarganya karena kematian dirinya semakin membaik dengan mencoba mengulang kehidupan yang baru. Teman-temannya juga sudah semakin dewasa dan telah mendapatkan kesuksesannya masing-masing. Adiknya yang telah menikah dan mendapat profesi yang layak dan pacarnya yang semakin menjadi lebih baik dan berwibawa dengan menikahi sahbatnya. Susie sangat bahagia melihat semua itu dan dalam setiap lantunan doanya dia selalu saja mengucapkan,”kudoakan kalian semua panjang umur dan hidup bahagia”.
            Buku ini memang sangat menarik bagi orang-orang yang masih membayangkan bagaimana nyamannya kehidupan di alam baka. Buku ini terdiri dari 23 bab yang mengandung korelasi yang sangat kuat diantaranya babnya. Apabila salah satu bab ada yang hilang maka cerita akan mengambang dan susah untuk dimengerti. Buku ini juga dikemas secara rapi dan sistematis terbukti tidak terdapat kesalahan dalam hal percetakkan.
            Selain terdapat kelebihan yang banyak, tentunya buku ini juga terdapat beberapa kelemahan. Diantaranya adalah, buku ini merupakan buku translate yang terkadang antar kalimatnya tidak bisa dimengerti dan tidak nyambung. Selain itu, hal-hal yang dibahas dalam buku ini sangat luas tidak focus pada satu hal. Buku ini sangat ditujukan kepada remaja beranjak dewasa karena didalamnya terkandung kisah-kisah yang diantaranya dialami remaja.
“Renungan mendalam tentang barbagai cara bagaimana kesedihan dan kehilangan yang menyakitkan bisa ditebus dengan cinta dan penerimaan”. Alice Sebold

            

Kamis, 14 Mei 2015



Asal Mula Selat Nasi
            Selat nasi adalah sebuah selat yang memanjang lurus dari timur ke barat membelah pulau Subi kecil dan pulau Subi besar, yang terletak di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau. Menurut cerita, keberadaan selat Nasi ini disebabkan oleh ulah Datuk Kaya yang menghamburkan nasi basi di pulau Subi
***
Alkisah, di daerah Natuna, Kepulauan Riau, terdapat sebuah pulau bernama pulau Subi yang dikuasai oleh seorang Datuk Kaya. Sang Datuk Kaya mempunyai seorang istri yang bernama Cik Wan dan seorang putri cantik nan rupawan yang bernama Nilam Sari. Ia adalah seoarang gadis yang rajin, berbudi pekerti luhur, dan tidak angkuh. Dalam pergaulan sehari-hari ia juga tidak membedakan antara si kaya dan si miskin untuk dijadikan teman. Tidak heran jika orang-orang disekitarnya sangat kagum terhadap perangainya. Kapan dan dimanapun orang berkumpul, pasti mereka membicarakan dirinya.
Pada suatu hari, sekelompok pedagang dari Palembang singgah di pulau Subi. Secara tidak sengaja mereka mendengar percakapan orang-orang kampung di pulau tersebut tentang kecantikan dan keelokan perangai Nilam Sari. Kemudian dari mulut ke mulut cerita itu pun tersebar di kalangan masyarakat Palembang dan akhirnya sampai pula ke telinga permaisuri raja Palembang.
Mendengar cerita itu permaisuri pun bercita-cita menjadikan Nilam Sari sebagai menantunya. Hingga pada suatu malam permaisuri menyampaikan niatnya kepada sang putra yang bernama Demang Aji Jaya. Demang Aji baru saja menuntut ilmu ke sana kemari dari Malaka, Jawa, Cina hingga negeri Pathani Siam. Mendengar ungkapan bundanya tersebut Demang Aji bersedia untuk menikah dengan Nilam Sari. Alangkah senang hati sang bunda mendengarkan pernyataan putranya. Ia pun langsung menyampaikan kabar gembira tersebut ke raja. Dan sang raja pun setuju dan segera menyebarkan berita tentang pernikahan putranya dengan Nilam Sari.
Keesokan harinya keluarga istana sibuk mempersiapkan segala hantaran dan hadiah-hadiah sebagai hantaran pernikahan. Sang raja pun menunjuk beberapa orang cerdik untuk menyampaikan lamaran dan beberapa nahkoda berpengalam untuk menahkodai kapal menuju pulau Subi.
Setelah semuanya siap, para utusan raja Palembang berangkat menuju pulau Subi untuk menyampaikan lamaran Demang Aji Jaya kepada Nilam Sari. Sesampainya di pulau Subi, utusan raja Palembang yang diwakili seorang juru bicara menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan mereka dengan beberapa untaian pantun. Untaian pantun yang berisi lamaran tersebut kemudian dibalas oleh keluarga Datuk Kaya dengan untaian pantun pula.
Singkat cerita, lamaran Demang Aji Jaya diterima oleh keluarga Datuk Kaya. Kedua belah pihak menentukan hari perkawinan kedua calon mempelai pengantin. Melalui musyawarah mufakat, mereka pun menentukan hari perkawinan sekaligus naik ke pelaminan jatuh pada hari kesepuluh bulan Syafar.
Waktu berjalan begitu cepat. Sepekan lagi hari kesepuluh bulan Syafar akan datang. Para penduduk pulau Subi mulai sibuk mempersiapkan segala sesuatunya untuk keperluan penyambutan rombongan mempelai laki-laki dari negeri Palembang. Mulai dari menegakkan selasar(rumah sambung), memotong puluhan sapi dan kambing juga memotong ratusan ayam, memasak dan mengkukus kue, menggulai dan merendang daging sebagai lauk-pauk. Tepat hari kesepuluh bulan Syafar keperluan penyambutan telah siap. Nasi berdandang-dandang dan lauk berdulang-dulang telah terhidang. Nilam Sari juga telah dirias dengan busana indah dan menawan.
Keluarga Datuk Kaya dan Nilam Sari sudah tidak sabar lagi menanti kedatangan sang pangeran. Namun , hingga hari menjelang siang rombongan pengantin laki-laki juga belum terlihat. Datuk Kaya mulai gelisah dan mondar-mandir sambil memegangi jenggotnya. Cik Wan mencoba menenangkan suaminya. Datuk Kaya pun berusaha untuk bersabar dan besikap tenang. Hingga hari menjelang malam rombongan pengantin laki-laki juga belum terlihat. Datuk kaya semakin gelisah dan kesabarannya mulai goyah.
Datuk Kaya dan penduduk pulau Subi terus menunggu hingga hari ke tiga belas bulan Syafar. Pada hari itu arak-arakan pengantin laki-laki tiba juga di pulau Subi. Tanpa menunggu lagi, kedua mempelai segera dinikahkan dan didudukan bersanding di atas pelaminan. Demang Aji Jaya menyampaikan kepada Nilam Sari bahwa rombongan mereka terlambat datang karena terhadang oleh badai yang ganas sehingga mereka harus menepi dahulu di sebuah pulau.
Cik Wan mulai bingung bagaimana cara menjamu mereka. Nasi berdandang-dandang dan lauk berdulang-dulang sudah basi. Lalu, Cik Wan bertanya kepada Datuk Kaya, ia mengatakan bahwa biarkan saja orang Palembang tersebut memakan jamuan yang sudah basi tersebut, ini akibat mereka telah mengingkari janji. Namun, Cik Wan keberatan dia berpendapat bahwa rombongan raja Palembang terserang badai yang besar . Namun, Datuk Kaya tetap teguh pada pendiriannya dan menghidangkan makanan basi kepada tamunya.
Melihat sikap suaminya tersebut Cik Wan mengancam suaminya jika tidak mengindahkan permintaanya Cik Wan meminta untuk pisah ranjang. Datuk Kaya tidak takut dan bahkan dia menyatakan cerai dengan Cik Wan sambil menghambur-hamburkan nasi tersebut sehingga membentuk garis panjang seakan membelah pulau Subi menjadi dua bagian.
Beberapa saat setelah Datuk Kaya menghamburkan nasi basi tersebut, tiba-tiba terdengar kilat meyambar-nyambar disertai angin kencang dan hujan deras. Air laut pun bergulung-gulung menghantam pulau Subi. Pulau Subi pun terbelah menjadi dua bagian, satu disebalah utara dan satu disebelah selatan. Pulau Subi kecil(di bagian utara) milik Cik Wan dan pulau Subi besar (di sebelah selatan ) milik Datuk Kaya. Pulau tersebut terbelah oleh sebuah selat yang memanjang dari timur ke barat. Oleh masyarakat setempat selat itu diberi nama selat Nasi, karena keberadaanya disebabkan oleh hamburan nasi ileh Datuk Kaya.
***
Budi Pekerti
Pesan moral yang dapat kita ambil dari cerita tersebut adalah kita sehendaknya jangan egois dan selalu masukan dan pendapat orang lain yang mana pendapat orang tersebut mungkin ada benarnya juga. Dan juga akibat buruk dari sifat kurang dewasa dalam menghadapi permasalahan. Sifat ini ditunjukkan oleh sikap dan tindakan Datuk Kaya yang tidak menyelidiki ketrlambatan rombongan pengantin laki-laki.

Jumat, 24 April 2015



JERITAN BISU KAMILA

Desa itu hanyalah desa biasa yang banyak ditumbuhi oleh pohon cendana. Tidak ada hal menarik yang terdapat di desa itu, semua terlihat layaknya desa pada umumnya. Masyarakat hidup damai dan tenteram melakukan aktifitas manusiawi yang membosankan. Cikodok merupakan panggilan untuk desa tersebut. Cikodok merupakan sebuah desa yang terdapat di perbatasan antara Jakarta dan Jawa Barat. Desa yang dipimpin oleh seorang kepala desa yang terkenal dengan kewibawaannya. Pak Jono masyarakat desa menyebutnya, seorang yang terlahir dengan kepedulian sosial sangat tinggi yang mudah berbaur dengan masyarakatnya. Banyak sekali pendatang yang menetap di desa Cikodok. Salah satunya adalah Kasim yang memiliki bentuk tubuh sangat ideal, dia merupakan pemuda yang sedang mencari pekerjaan. Kasim merupakan putra sulung dari lima bersaudara. Ayahnya sudah lama meninggal sementara ibunya hanya seorang penjual kue yang harus menafkahi lima anaknya. Hal itu yang mendorong kemauan Kasim untuk meringankan beban ibunya. Kasim dan masyarakat sekitar tampak sangat bersahabat, padahal dia baru saja beberapa hari menetap disini. Beberapa masyarakat masih ingin mengenal lebih jauh tentang Kasim dan menanyakan tentang kehidupannya.
“Kamu asal mana  Kasim” seorang tukang sayur penasaran.
“Saya asli Ciawi pak, tapi lama menetap di Madiun“ ujar Kasim..
“Jadi kamu kesini untuk mencari pekerjaan?” ucap seorang ibu-ibu
“Iya bu saya ingin meringankan beban ibu saya” kata Kasim.
“Emang kamu mau cari pekerjaan yang gimana Kasim, sekarang ini untuk mencari pekerjaan itu sudah sangat sulit“ lanjut ibu-ibu tersebut
“Pekerjaan apapun deh bu, asalkan pekerjaan tersebut halal“ ujar Kasim.
Melihat keramaian tersebut pak Jono menghampirinya, dan dia melihat ada Kasim yang merupakan penduduk baru desa tersebut. Pak Jono segera membawanya untuk mengisi administrasi kependudukan. Setibanya di kantor kepala desa terjadi perbincangan antara pak Jono dan Kasim.
“Kamu sedang mencari pekerjaan sim?“ ujar pak Jono.
“Iyanih pak , kira-kira bapak punya pekerjaan gak buat saya?“ kata Kasim.
“Coba deh, kamu ketemu sama pak Anu katanya dia sedang mencari tenaga tambahan untuk menyelesaikan rumahnya“ lanjut pak Jono.
“Makasih banyak pak,“ kata Kasim girang.
“Iya sim sama- sama, kita itu sebagai mahkluk sosial harus saling membantu satu sama lainnya“ celoteh pak Kasim.
Kasim segera bergegas menuju ke rumah pak Anu untuk melamar kerja. Setelah melakukan pembicaraan yang cukup panjang akhirnya Kasim diterima sebagai kuli tambahan untuk menyelesaikan rumah pak Anu.
***
Dua minggu bekerja, Kasim merasa sudah tidak kerasan lagi untuk bekerja disana. Akhirnya dia berhenti bekerja sebagai kuli bangunan. Sejak berhenti bekerja, pemuda tersebut menjadi pengangguran. Namun, usaha yang tidak pantang menyerah terus dilakukannya, sudah banyak pekerjaan yang Kasim lamar tetapi usaha tersebut sia-sia, sampai sekarang Kasim belum juga mendapat pekerjaan. Hal ini membuat pria tampan tersebut menjadi frustasi. Dia harus memenuhi kebutuhan hidup keluarganya yang berada di kampung dan juga harus menyambung hidup disini. Suatu hari Kasim dengan tidak sengaja bertemu dengan seorang perempuan yang memiliki wajah sangat menawan. Setelah melakukan beberapa celotehan, perempuan yang bernama Lisa tersebut menawarkan sebuah pekerjaan kepada Kasim.
“Mas Kasim sedang mencari pekerjaan bukan?“ ujar perempuan tersebut.
“Iya mbak, kalo mbak punya pekerjaan saya mau menerimanya“ balas Kasim.
“Dengan postur badan mas yang seperti ini sebenarnya mudah untuk mencari pekerjaan. Sebenarnya saya memiliki sebuah pekerjaan yang cocok sekali untuk mas Kasim“ lanjut perempuan itu.
“Benarkah mbak, pekerjaan apakah itu?“ Kasim penasaran.
“Pekerjaan ini sebenarnya hina namun halal, kita akan pergi ke kota metropolitan Jakarta dan mas Kasim akan menjadi banci“ kata perempuan tersebut.
“Aduuh…gimana ya, ini adalah jalan terakhir bagi saya. Baiklah mbak saya menerima pekerjaan tersebut” Kasim pasrah.
Kasim dan mbak Lisa bergegas ke rumah mbak Lisa untuk memenuhi perlengkapan Kasim menjadi seorang banci. Sesampainya disana ternyata sudah banyak lelaki lain yang memilih jalan yang sama dengan Kasim. Lisa memberikan pakaian perempuan, alat rias dan juga buntalan untuk membuat payudara palsu. Lisa juga memberikan Kasim nama yang baru sebagai banci yaitu Kamila.
***
Kasim rela menjual rembulan untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Keesokan malamnya Lisa dan Kamila menuju Jakarta demi mencari nafkah. Kamila atau akrab dipanggil Kasim telah menyiapkan perlengkapan diri sebagai seorang banci. Sesampai di alun-alun kota yang biasa menjadi tempat berkumpulnya para banci, Kamila pun mulai beraksi dengan kemampuan apa adanya Kamila mencoba mencari perhatian pria-pria yang haus akan nafsu. Dengan bentuk tubuh dan wajah yang rupawan, sebenarnya Kasim begitu cantik untuk menjadi Kamila. Hingga pada akhirnya sebuah mobil menghampiri Kamila dan mengajaknya untuk masuk. Sebenarnya Kamila sangat malu untuk melakukan hal tersebut tetapi apa mau dikata penghasilan yang didapat juga sangat besar dengan menjadi seorang banci.
Setiap malam Kamila melakukan pekerjaan tersebut. Tidak terasa sudah dua bulan Kamila melakukannya. Dia dapat mengirimkan uang yang lumayan untuk keluarganya di kampung dengan pekerjaan barunya sebagai seorang banci. Seringnya Kamila menjadi seorang banci membuat hubungan antara Kasim dan masyarakat desa Cikodok menjadi renggang. Tampaknya Kamila mulai ketagihan dengan pekerjaan  yang hina ini, namun didalam lubuk hati paling dalam sebenarnya Kamila ingin berhenti menjadi seorang banci tetapi ia tidak bisa menghindarinya lilitan ekonomi penyebabnya. Kamila sudah berusaha keras mencari pekerjaan lain tapi sepertinya takdir memaksanya agar menjadi seorang banci.
Seperti malam lainnya Kamila kembali menjadi banci untuk mencari nafkah. Namun malam ini ada yang berbeda, ditengah keramaian malam Kamila bertemu dengan pak Jono yang sedang ada urusan di Jakarta. Kamila sangat terkejut mendapati bahwa pak Jono tahu dirinya adalah Kasim.
“Kasim.. apa yang kamu lakukan disini“ sahut pak Jono.
“Anu.. saya sedang bekerja pak“ kata Kasim.
“Jadi selama ini kamu sudah jarang terlihat hanya untuk melakukan pekerjaan hina ini Kasim“ lanjut pak Jono.
“Hanya pekerjaan inilah yang dapat meringankan beban ekonomi keluarga saya pak. Saya sudah berusaha mencari pekerjaan lain namun gagal terus pak“ pemuda tersebut mengeluh.
“Sebenarnya kegagalan itu adalah cara tuhan untuk mengajari kita tentang pantang menyerah dan terus berusaha sim“ nasehat pak Jono.
“Iya pak, saya tahu saya sudah berusaha keras untuk meninggalkan pekerjaan ini tapi tidak bisa, sepertinya ini sudah takdir saya untuk menjadi Kamila bukan Kasim“ ujar Kasim.
“Terserah katamu Kasim, bapak hanya mendoakan yang terbaik buat kamu“ lanjut pak Jono.
Pak Jono segera meninggalkan Kasim sendirian. Mulai malam itu Kamila atau akrab dipanggil Kasim sudah tidak tampak lagi di desa. Mungkin dia tidak sadar akan pekerjaan hina tersebut atau mungkin dia sadar tapi dengan berbagai faktor dia tidak mau meninggalkan pekerjaan tersebut. Entahlah siapa yang tahu, terpenting dia lebih memilih menjadi Kamila ketimbang menjadi Kasim.
Sudah terlalu lama cerita tersebut sampai pada telingaku. Pak Jono yang menceritakannya, aku selalu terbayang dengan kisah pilu Kamila tersebut. Mungkin saja Kamila terus berusaha keras untuk mengubah takdirnya, tapi entahlah. Aku hanya bisa berharap bahwa jangan sampai terjadi kisah Kamila kedua.








Kamis, 26 Maret 2015



HILANGNYA KEBUDAYAAN PADA KALANGAN REMAJA


Kebudayaan merupakan warisan leluhur yang masih ada sampai sekarang. Kebudayaan sangat mahal harganya karena leluhur sangat sulit untuk mendapatkannya. Kebudayaan berkembang pesat di masa yang lalu karena budaya bagaikan emas pada saat itu. Banyak sekali masyarakat yang mengembangkan budaya dari anak kecil sampai orang dewasa. Kebudayaan itu bermacam-macam seperti tarian, upacara, nyanyian dan lainnya. Indonesia memiliki kekayaan kebudayaan karena bangsa kita terdiri dari berbagai macam suku bangsa. Namun, pada zaman modern ini budaya sudah mulai kurang peminatnya terutama dikalangan remaja.
Banyak sekali permasalahan yang terjadi jika kita membahas budaya di zaman modern ini. Mulai dari kebudayaan yang semakin hari semakin terkikis dikalangan remaja. Hal ini terjadi karena masuknya budaya barat ke Indonesia sehingga budaya asli bangsa mulai tidak digemari. Budaya barat dianggap lebih baik oleh para remaja Indonesia dibandingkan kebudayaan leluhurnya sendiri. Kebudayaan leluhur bangsa Indonesia dianggap sudah kuno dan ketinggalan zaman. Sehingga banyak remaja yang mulai meninggalkannya.
Hilangnya rasa kebudayaan dikalangan remaja juga didukung oleh kualitas sarana dan prasarana. Kebanyakan sarana dan prasarana di Indonesia kurang memadai sehingga kalangan remaja sulit untuk mengembangkannya. Kurangnya tenaga pelatih dibidang kebudayaan juga menjadi hambatan kalangan remaja untuk berprestasi dibidang kebudayaan. Selain itu juga, minat dan bakat kalangan remaja saat ini cenderung banyak dibidang lainnya. Pendidikan tentang pengetahuan kebudayaan hanya sampai sekolah dasar saja dan tidak dilanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi sehingga banyak remaja mulai meninggalkannya.
Dari pemaparan masalah tersebut, kita dapat memecahkannya dengan beberapa solusi. Seharusnya pendidikan tentang kebudayaan terus ditingkatkan sampai jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan tidak terbatas sampai sekolah dasar saja. Sarana dan tenaga pengajar juga lebih ditingkatkan kualitasnya agar kalangan remaja tidak menghilangkan kebudayaan leluhur mereka. Peran orang tua dan pemerintah juga sangat penting untuk melestarikan kebudayaan dikalangan remaja.