Jumat, 24 April 2015



JERITAN BISU KAMILA

Desa itu hanyalah desa biasa yang banyak ditumbuhi oleh pohon cendana. Tidak ada hal menarik yang terdapat di desa itu, semua terlihat layaknya desa pada umumnya. Masyarakat hidup damai dan tenteram melakukan aktifitas manusiawi yang membosankan. Cikodok merupakan panggilan untuk desa tersebut. Cikodok merupakan sebuah desa yang terdapat di perbatasan antara Jakarta dan Jawa Barat. Desa yang dipimpin oleh seorang kepala desa yang terkenal dengan kewibawaannya. Pak Jono masyarakat desa menyebutnya, seorang yang terlahir dengan kepedulian sosial sangat tinggi yang mudah berbaur dengan masyarakatnya. Banyak sekali pendatang yang menetap di desa Cikodok. Salah satunya adalah Kasim yang memiliki bentuk tubuh sangat ideal, dia merupakan pemuda yang sedang mencari pekerjaan. Kasim merupakan putra sulung dari lima bersaudara. Ayahnya sudah lama meninggal sementara ibunya hanya seorang penjual kue yang harus menafkahi lima anaknya. Hal itu yang mendorong kemauan Kasim untuk meringankan beban ibunya. Kasim dan masyarakat sekitar tampak sangat bersahabat, padahal dia baru saja beberapa hari menetap disini. Beberapa masyarakat masih ingin mengenal lebih jauh tentang Kasim dan menanyakan tentang kehidupannya.
“Kamu asal mana  Kasim” seorang tukang sayur penasaran.
“Saya asli Ciawi pak, tapi lama menetap di Madiun“ ujar Kasim..
“Jadi kamu kesini untuk mencari pekerjaan?” ucap seorang ibu-ibu
“Iya bu saya ingin meringankan beban ibu saya” kata Kasim.
“Emang kamu mau cari pekerjaan yang gimana Kasim, sekarang ini untuk mencari pekerjaan itu sudah sangat sulit“ lanjut ibu-ibu tersebut
“Pekerjaan apapun deh bu, asalkan pekerjaan tersebut halal“ ujar Kasim.
Melihat keramaian tersebut pak Jono menghampirinya, dan dia melihat ada Kasim yang merupakan penduduk baru desa tersebut. Pak Jono segera membawanya untuk mengisi administrasi kependudukan. Setibanya di kantor kepala desa terjadi perbincangan antara pak Jono dan Kasim.
“Kamu sedang mencari pekerjaan sim?“ ujar pak Jono.
“Iyanih pak , kira-kira bapak punya pekerjaan gak buat saya?“ kata Kasim.
“Coba deh, kamu ketemu sama pak Anu katanya dia sedang mencari tenaga tambahan untuk menyelesaikan rumahnya“ lanjut pak Jono.
“Makasih banyak pak,“ kata Kasim girang.
“Iya sim sama- sama, kita itu sebagai mahkluk sosial harus saling membantu satu sama lainnya“ celoteh pak Kasim.
Kasim segera bergegas menuju ke rumah pak Anu untuk melamar kerja. Setelah melakukan pembicaraan yang cukup panjang akhirnya Kasim diterima sebagai kuli tambahan untuk menyelesaikan rumah pak Anu.
***
Dua minggu bekerja, Kasim merasa sudah tidak kerasan lagi untuk bekerja disana. Akhirnya dia berhenti bekerja sebagai kuli bangunan. Sejak berhenti bekerja, pemuda tersebut menjadi pengangguran. Namun, usaha yang tidak pantang menyerah terus dilakukannya, sudah banyak pekerjaan yang Kasim lamar tetapi usaha tersebut sia-sia, sampai sekarang Kasim belum juga mendapat pekerjaan. Hal ini membuat pria tampan tersebut menjadi frustasi. Dia harus memenuhi kebutuhan hidup keluarganya yang berada di kampung dan juga harus menyambung hidup disini. Suatu hari Kasim dengan tidak sengaja bertemu dengan seorang perempuan yang memiliki wajah sangat menawan. Setelah melakukan beberapa celotehan, perempuan yang bernama Lisa tersebut menawarkan sebuah pekerjaan kepada Kasim.
“Mas Kasim sedang mencari pekerjaan bukan?“ ujar perempuan tersebut.
“Iya mbak, kalo mbak punya pekerjaan saya mau menerimanya“ balas Kasim.
“Dengan postur badan mas yang seperti ini sebenarnya mudah untuk mencari pekerjaan. Sebenarnya saya memiliki sebuah pekerjaan yang cocok sekali untuk mas Kasim“ lanjut perempuan itu.
“Benarkah mbak, pekerjaan apakah itu?“ Kasim penasaran.
“Pekerjaan ini sebenarnya hina namun halal, kita akan pergi ke kota metropolitan Jakarta dan mas Kasim akan menjadi banci“ kata perempuan tersebut.
“Aduuh…gimana ya, ini adalah jalan terakhir bagi saya. Baiklah mbak saya menerima pekerjaan tersebut” Kasim pasrah.
Kasim dan mbak Lisa bergegas ke rumah mbak Lisa untuk memenuhi perlengkapan Kasim menjadi seorang banci. Sesampainya disana ternyata sudah banyak lelaki lain yang memilih jalan yang sama dengan Kasim. Lisa memberikan pakaian perempuan, alat rias dan juga buntalan untuk membuat payudara palsu. Lisa juga memberikan Kasim nama yang baru sebagai banci yaitu Kamila.
***
Kasim rela menjual rembulan untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Keesokan malamnya Lisa dan Kamila menuju Jakarta demi mencari nafkah. Kamila atau akrab dipanggil Kasim telah menyiapkan perlengkapan diri sebagai seorang banci. Sesampai di alun-alun kota yang biasa menjadi tempat berkumpulnya para banci, Kamila pun mulai beraksi dengan kemampuan apa adanya Kamila mencoba mencari perhatian pria-pria yang haus akan nafsu. Dengan bentuk tubuh dan wajah yang rupawan, sebenarnya Kasim begitu cantik untuk menjadi Kamila. Hingga pada akhirnya sebuah mobil menghampiri Kamila dan mengajaknya untuk masuk. Sebenarnya Kamila sangat malu untuk melakukan hal tersebut tetapi apa mau dikata penghasilan yang didapat juga sangat besar dengan menjadi seorang banci.
Setiap malam Kamila melakukan pekerjaan tersebut. Tidak terasa sudah dua bulan Kamila melakukannya. Dia dapat mengirimkan uang yang lumayan untuk keluarganya di kampung dengan pekerjaan barunya sebagai seorang banci. Seringnya Kamila menjadi seorang banci membuat hubungan antara Kasim dan masyarakat desa Cikodok menjadi renggang. Tampaknya Kamila mulai ketagihan dengan pekerjaan  yang hina ini, namun didalam lubuk hati paling dalam sebenarnya Kamila ingin berhenti menjadi seorang banci tetapi ia tidak bisa menghindarinya lilitan ekonomi penyebabnya. Kamila sudah berusaha keras mencari pekerjaan lain tapi sepertinya takdir memaksanya agar menjadi seorang banci.
Seperti malam lainnya Kamila kembali menjadi banci untuk mencari nafkah. Namun malam ini ada yang berbeda, ditengah keramaian malam Kamila bertemu dengan pak Jono yang sedang ada urusan di Jakarta. Kamila sangat terkejut mendapati bahwa pak Jono tahu dirinya adalah Kasim.
“Kasim.. apa yang kamu lakukan disini“ sahut pak Jono.
“Anu.. saya sedang bekerja pak“ kata Kasim.
“Jadi selama ini kamu sudah jarang terlihat hanya untuk melakukan pekerjaan hina ini Kasim“ lanjut pak Jono.
“Hanya pekerjaan inilah yang dapat meringankan beban ekonomi keluarga saya pak. Saya sudah berusaha mencari pekerjaan lain namun gagal terus pak“ pemuda tersebut mengeluh.
“Sebenarnya kegagalan itu adalah cara tuhan untuk mengajari kita tentang pantang menyerah dan terus berusaha sim“ nasehat pak Jono.
“Iya pak, saya tahu saya sudah berusaha keras untuk meninggalkan pekerjaan ini tapi tidak bisa, sepertinya ini sudah takdir saya untuk menjadi Kamila bukan Kasim“ ujar Kasim.
“Terserah katamu Kasim, bapak hanya mendoakan yang terbaik buat kamu“ lanjut pak Jono.
Pak Jono segera meninggalkan Kasim sendirian. Mulai malam itu Kamila atau akrab dipanggil Kasim sudah tidak tampak lagi di desa. Mungkin dia tidak sadar akan pekerjaan hina tersebut atau mungkin dia sadar tapi dengan berbagai faktor dia tidak mau meninggalkan pekerjaan tersebut. Entahlah siapa yang tahu, terpenting dia lebih memilih menjadi Kamila ketimbang menjadi Kasim.
Sudah terlalu lama cerita tersebut sampai pada telingaku. Pak Jono yang menceritakannya, aku selalu terbayang dengan kisah pilu Kamila tersebut. Mungkin saja Kamila terus berusaha keras untuk mengubah takdirnya, tapi entahlah. Aku hanya bisa berharap bahwa jangan sampai terjadi kisah Kamila kedua.