JERITAN
BISU KAMILA
Desa
itu hanyalah desa biasa yang banyak ditumbuhi oleh pohon cendana. Tidak ada hal
menarik yang terdapat di desa itu, semua terlihat layaknya desa pada umumnya.
Masyarakat hidup damai dan tenteram melakukan aktifitas manusiawi yang membosankan.
Cikodok merupakan panggilan untuk desa tersebut. Cikodok merupakan sebuah desa
yang terdapat di perbatasan antara Jakarta dan Jawa Barat. Desa yang dipimpin
oleh seorang kepala desa yang terkenal dengan kewibawaannya. Pak Jono
masyarakat desa menyebutnya, seorang yang terlahir dengan kepedulian sosial
sangat tinggi yang mudah berbaur dengan masyarakatnya. Banyak sekali pendatang
yang menetap di desa Cikodok. Salah satunya adalah Kasim yang memiliki bentuk
tubuh sangat ideal, dia merupakan pemuda yang sedang mencari pekerjaan. Kasim
merupakan putra sulung dari lima bersaudara. Ayahnya sudah lama meninggal
sementara ibunya hanya seorang penjual kue yang harus menafkahi lima anaknya.
Hal itu yang mendorong kemauan Kasim untuk meringankan beban ibunya. Kasim dan
masyarakat sekitar tampak sangat bersahabat, padahal dia baru saja beberapa
hari menetap disini. Beberapa masyarakat masih ingin mengenal lebih jauh
tentang Kasim dan menanyakan tentang kehidupannya.
“Kamu
asal mana Kasim” seorang tukang sayur
penasaran.
“Saya
asli Ciawi pak, tapi lama menetap di Madiun“ ujar Kasim..
“Jadi
kamu kesini untuk mencari pekerjaan?” ucap seorang ibu-ibu
“Iya
bu saya ingin meringankan beban ibu saya” kata Kasim.
“Emang
kamu mau cari pekerjaan yang gimana Kasim, sekarang ini untuk mencari pekerjaan
itu sudah sangat sulit“ lanjut ibu-ibu tersebut
“Pekerjaan
apapun deh bu, asalkan pekerjaan tersebut halal“ ujar Kasim.
Melihat
keramaian tersebut pak Jono menghampirinya, dan dia melihat ada Kasim yang
merupakan penduduk baru desa tersebut. Pak Jono segera membawanya untuk mengisi
administrasi kependudukan. Setibanya di kantor kepala desa terjadi perbincangan
antara pak Jono dan Kasim.
“Kamu
sedang mencari pekerjaan sim?“ ujar pak Jono.
“Iyanih
pak , kira-kira bapak punya pekerjaan gak buat saya?“ kata Kasim.
“Coba
deh, kamu ketemu sama pak Anu katanya dia sedang mencari tenaga tambahan untuk
menyelesaikan rumahnya“ lanjut pak Jono.
“Makasih
banyak pak,“ kata Kasim girang.
“Iya
sim sama- sama, kita itu sebagai mahkluk sosial harus saling membantu satu sama
lainnya“ celoteh pak Kasim.
Kasim
segera bergegas menuju ke rumah pak Anu untuk melamar kerja. Setelah melakukan
pembicaraan yang cukup panjang akhirnya Kasim diterima sebagai kuli tambahan
untuk menyelesaikan rumah pak Anu.
***
Dua
minggu bekerja, Kasim merasa sudah tidak kerasan lagi untuk bekerja disana.
Akhirnya dia berhenti bekerja sebagai kuli bangunan. Sejak berhenti bekerja,
pemuda tersebut menjadi pengangguran. Namun, usaha yang tidak pantang menyerah
terus dilakukannya, sudah banyak pekerjaan yang Kasim lamar tetapi usaha
tersebut sia-sia, sampai sekarang Kasim belum juga mendapat pekerjaan. Hal ini
membuat pria tampan tersebut menjadi frustasi. Dia harus memenuhi kebutuhan
hidup keluarganya yang berada di kampung dan juga harus menyambung hidup disini.
Suatu hari Kasim dengan tidak sengaja bertemu dengan seorang perempuan yang
memiliki wajah sangat menawan. Setelah melakukan beberapa celotehan, perempuan
yang bernama Lisa tersebut menawarkan sebuah pekerjaan kepada Kasim.
“Mas
Kasim sedang mencari pekerjaan bukan?“ ujar perempuan tersebut.
“Iya
mbak, kalo mbak punya pekerjaan saya mau menerimanya“ balas Kasim.
“Dengan
postur badan mas yang seperti ini sebenarnya mudah untuk mencari pekerjaan.
Sebenarnya saya memiliki sebuah pekerjaan yang cocok sekali untuk mas Kasim“
lanjut perempuan itu.
“Benarkah
mbak, pekerjaan apakah itu?“ Kasim penasaran.
“Pekerjaan
ini sebenarnya hina namun halal, kita akan pergi ke kota metropolitan Jakarta dan
mas Kasim akan menjadi banci“ kata perempuan tersebut.
“Aduuh…gimana
ya, ini adalah jalan terakhir bagi saya. Baiklah mbak saya menerima pekerjaan
tersebut” Kasim pasrah.
Kasim
dan mbak Lisa bergegas ke rumah mbak Lisa untuk memenuhi perlengkapan Kasim
menjadi seorang banci. Sesampainya disana ternyata sudah banyak lelaki lain
yang memilih jalan yang sama dengan Kasim. Lisa memberikan pakaian perempuan,
alat rias dan juga buntalan untuk membuat payudara palsu. Lisa juga memberikan
Kasim nama yang baru sebagai banci yaitu Kamila.
***
Kasim
rela menjual rembulan untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Keesokan malamnya
Lisa dan Kamila menuju Jakarta demi mencari nafkah. Kamila atau akrab dipanggil
Kasim telah menyiapkan perlengkapan diri sebagai seorang banci. Sesampai di
alun-alun kota yang biasa menjadi tempat berkumpulnya para banci, Kamila pun
mulai beraksi dengan kemampuan apa adanya Kamila mencoba mencari perhatian
pria-pria yang haus akan nafsu. Dengan bentuk tubuh dan wajah yang rupawan,
sebenarnya Kasim begitu cantik untuk menjadi Kamila. Hingga pada akhirnya
sebuah mobil menghampiri Kamila dan mengajaknya untuk masuk. Sebenarnya Kamila
sangat malu untuk melakukan hal tersebut tetapi apa mau dikata penghasilan yang
didapat juga sangat besar dengan menjadi seorang banci.
Setiap
malam Kamila melakukan pekerjaan tersebut. Tidak terasa sudah dua bulan Kamila
melakukannya. Dia dapat mengirimkan uang yang lumayan untuk keluarganya di
kampung dengan pekerjaan barunya sebagai seorang banci. Seringnya Kamila
menjadi seorang banci membuat hubungan antara Kasim dan masyarakat desa Cikodok
menjadi renggang. Tampaknya Kamila mulai ketagihan dengan pekerjaan yang hina ini, namun didalam lubuk hati
paling dalam sebenarnya Kamila ingin berhenti menjadi seorang banci tetapi ia
tidak bisa menghindarinya lilitan ekonomi penyebabnya. Kamila sudah berusaha
keras mencari pekerjaan lain tapi sepertinya takdir memaksanya agar menjadi
seorang banci.
Seperti
malam lainnya Kamila kembali menjadi banci untuk mencari nafkah. Namun malam
ini ada yang berbeda, ditengah keramaian malam Kamila bertemu dengan pak Jono
yang sedang ada urusan di Jakarta. Kamila sangat terkejut mendapati bahwa pak
Jono tahu dirinya adalah Kasim.
“Kasim..
apa yang kamu lakukan disini“ sahut pak Jono.
“Anu..
saya sedang bekerja pak“ kata Kasim.
“Jadi
selama ini kamu sudah jarang terlihat hanya untuk melakukan pekerjaan hina ini
Kasim“ lanjut pak Jono.
“Hanya
pekerjaan inilah yang dapat meringankan beban ekonomi keluarga saya pak. Saya
sudah berusaha mencari pekerjaan lain namun gagal terus pak“ pemuda tersebut
mengeluh.
“Sebenarnya
kegagalan itu adalah cara tuhan untuk mengajari kita tentang pantang menyerah
dan terus berusaha sim“ nasehat pak Jono.
“Iya
pak, saya tahu saya sudah berusaha keras untuk meninggalkan pekerjaan ini tapi
tidak bisa, sepertinya ini sudah takdir saya untuk menjadi Kamila bukan Kasim“ ujar
Kasim.
“Terserah
katamu Kasim, bapak hanya mendoakan yang terbaik buat kamu“ lanjut pak Jono.
Pak
Jono segera meninggalkan Kasim sendirian. Mulai malam itu Kamila atau akrab dipanggil
Kasim sudah tidak tampak lagi di desa. Mungkin dia tidak sadar akan pekerjaan
hina tersebut atau mungkin dia sadar tapi dengan berbagai faktor dia tidak mau
meninggalkan pekerjaan tersebut. Entahlah siapa yang tahu, terpenting dia lebih
memilih menjadi Kamila ketimbang menjadi Kasim.
Sudah
terlalu lama cerita tersebut sampai pada telingaku. Pak Jono yang
menceritakannya, aku selalu terbayang dengan kisah pilu Kamila tersebut.
Mungkin saja Kamila terus berusaha keras untuk mengubah takdirnya, tapi entahlah.
Aku hanya bisa berharap bahwa jangan sampai terjadi kisah Kamila kedua.